Kisah Bandung Lautan Api: Inspirasi untuk Generasi Masa Kini
Sabtu, 19 April 2025 20:10 WIB
Strategi Pejuang dalam Peristiwa Bandung Lautan Api Sebagai Inspirasi Generasi Masa Kini
Pada Maret 1946, Bandung menjadi salah satu saksi peristiwa heroik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kala itu, pasukan Sekutu datang untuk mengambil alih kota dan memberikan peringatan agar para pejuang serta rakyat meninggalkan wilayah tersebut pada malam 23-24 Maret.
Jalannya Api Perlawanan
Peristiwa Bandung Lautan Api diawali dengan datangnya pasukan Sekutu setelah beberapa pekan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di bacakan. Pasukan Sekutu datang ke Indonesia usai memenangkan Perang Dunia II melawan Jepang. Kedatangan Sekutu ke Indonesia pasca-Perang Dunia II memiliki tujuan utama untuk melucuti persenjataan tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang yang masih tertahan. Namun, dalam praktiknya, Belanda melalui Netherlands Indies Civil Administration (NICA) turut serta dalam rombongan Sekutu dengan agenda politik untuk mengembalikan kekuasaan kolonialnya di Indonesia. Upaya Belanda ini memicu ketegangan dengan pemerintah dan rakyat Indonesia yang telah memproklamasikan kemerdekaannya.
Pasukan Sekutu juga memaksa warga Bandung untuk menyerahkan senjata yang mereka peroleh setelah merebut persenjataan tentara Jepang dahulu kedatangan Sekutu tentunya membuat rakyat Bandung tidak suka. Kemarahan rakyat semakin memuncak usai Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama pada 21 November 1945 yang isinya agar rakyat mengosongkan wilayah utara Bandung, ulimatum ini dilandasi keinginan Sekutu untuk mengamankan tawanan perang dan warga sipil Belanda yang masih berada di daerah tersebut pasca-Perang Dunia II namun ultimatum ini sepenuhnya tidak di patuhi para pejuang tetap bertahan. Berselang beberapa bulan kemudian ultimatum ke-dua pun di keluarkan pada tanggal 23 Maret 1946 memerintahkan TRI dan warga meninggalkan Bandung selama satu hari. Hal ini didorong oleh niat mereka untuk memulihkan kekuasaan Belanda atas Hindia Belanda melalui NICA sebagaimana dicatat dalam berbagai kesaksian sejarah termasuk dalam buku Bandung Lautan Api: Suatu Episode dari Perjuangan Kemerdekaan Karya Djajusman (1975).
Para pejuang dan warga menghadapi dilema besar ketika Sekutu mengeluarkan ultimatum tersebut. Mereka tidak ingin kota mereka jatuh ke tangan musuh namun melakukan perlawanan juga tidak memungkinkan karna kekuatan yang tidak seimbang. Atas perintah pemerintah pusat dan hasil kesepakatan antara Tentara Republik Indonesia (TRI) dan laskar rakyat, diputuskan strategi bumi hangus sebagai langkah terakhir. Seperti dijelaskan dalam jurnal Rekamakna oleh Sri Mulyani (2018), strategi ini dipilih untuk mencegah Sekutu dan Belanda memanfaatkan fasilitas penting di kota sebagai basis operasi mereka. Dengan penuh pengorbanan rakyat Bandung bersiap meninggalkan rumah mereka demi menjaga kehormatan perjuangan kemerdekaan.
Pada 24 Maret 1946 Kota Bandung berubah menjadi lautan api ketika para pejuang membakar gedung-gedung, rumah, dan fasilitas penting agar tidak jatuh ke tangan Sekutu dan NICA. Di Dayeuhkolot, ledakan besar mengguncang kota setelah Mohammad Toha dan Ramdan meledakkan gudang amunisi milik Sekutu. Dalam situasi yang semakin genting, sekitar 200.000 warga Bandung terpaksa mengungsi ke daerah pegunungan di selatan, sebagaimana dicatat dalam buku Mengenal Jejak Bandung Lautan Api karya Rintana Herman (2011).
Di balik peristiwa ini, Kolonel A.H. Nasution menjadi tokoh utama dalam merancang strategi bumi hangus. Sebagai Panglima Divisi III/TKR, ia memerintahkan pembakaran kota untuk menghambat pergerakan musuh. Dalam waktu tujuh jam, kobaran api melahap ribuan bangunan meninggalkan jejak perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Keputusan ini menjadikan Bandung Lautan Api sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan.
Peristiwa Bandung Lautan Api meninggalkan dampak jangka panjang yang signifikan bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai simbol perlawanan nasional, peristiwa ini menginspirasi terciptanya lagu perjuangan "Halo-Halo Bandung", yang menggambarkan semangat rakyat untuk merebut kembali kota mereka dari penjajah. Selain itu, pengalaman dalam pertempuran ini memperkuat kesadaran akan pentingnya militer yang terorganisir. Hal ini berkontribusi pada pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada 3 Juni 1947, melalui integrasi Tentara Republik Indonesia (TRI) dan berbagai laskar perjuangan, guna memperkuat pertahanan negara dalam menghadapi ancaman Belanda.
Inspirasi Untuk Generasi Muda
Strategi pejuang dalam Peristiwa Bandung Lautan Api menunjukkan keberanian pejuang dalam mengambil keputusan ekstrem demi kepentingan bangsa. Mereka rela membakar kota sendiri agar tidak jatuh ke tangan musuh, sebuah bentuk keberanian moral dan fisik yang luar biasa. Bagi anak muda masa kini semangat itu harusnya tidak hanya dikenang tetapi juga diteladani dalam bentuk yang relevan dengan konteks zamannya, keberanian yang dimaksud saat ini bisa bermakna tekad untuk membangun negeri melalui inovasi yang berpihak pada kepentingan masyarakat luas, menempuh jalan yang jujur ditengah budaya instan serta membela kebenaran diruang digital yang bising. Semangat Bandung Lautan Api mengajarkan bahwa perjuangan tidak selalu identik dengan senjata kadang bentuk paling mulia dari keberanian adalah ketika seseorang bersedia berkorban demi prinsip yang diyakini benar.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Kisah Bandung Lautan Api: Inspirasi untuk Generasi Masa Kini
Sabtu, 19 April 2025 20:10 WIBArtikel Terpopuler